Friday, December 22, 2006

Kunci Poligami Menurut Anis Matta

Jakarta - Bicara soal poligami, Anis Matta mesti didengarkan. Sebab, pengetahuannya soal poligami tidak berhenti pada tataran teori. Sekjen PKS ini sering terlihat 'runtang-runtung' bersama dua istrinya.

Istri Anis Matta yang kedua adalah seorang wanita asal Hongaria. Cantik khas wanita Eropa Timur, berkulit putih, dan berpostur tinggi. Dalam beberapa kesempatan, Anis sering membawa serta kedua istrinya.

Keduanya dia kenalkan pada orang-orang yang mengenalnya. "Ini istri saya yang kedua," katanya gentle.

Kedua istri Anis Matta juga tampak akrab. Bila menghadiri suatu acara, mereka selalu duduk berdampingan dan terlihat sesekali bercengkrama. Satu hal lagi, kedua wanita itu tinggal serumah dengan Anis Matta.



Kepada detikcom, Kamis (7/12/2006), Anis Matta menyampaikan "kata kunci" tentang poligami. Berikut ini pokok pikirannya:

1. Gunakan pendekatan kesisteman dalam memandang masalah poligami: ini adalah pilihan-pilihan sosial yag disediakan Islam. Setiap orang boleh melakukan atau tidak melakukannya sesuai dengan kondisinya.

2. Perkawinan adalah kontrak sosial yang terjadi antara orang-orang dewasa yang berakal sehat dan mampu memilih dan mereka berhak untuk berbahagia dengan pilihan mereka.

3. Kalau ada keluarga poligami yang berbahagia dengan pilihan mereka, mengapa di alam demokrasi ini ada pihak yang mau memaksakan pilihan hidup lain kepada mereka termasuk dalam hal ini pemerintah?

4. Secara empiris tidak ada suatu data statistik yang menyatakan bahwa keluarga monogami lebih bahagia daripada keluarga poligami. Jadi siapa bilang istri tunggal lebih bahagia dari istri-istri poligami?

5. Secara sosial laki-laki yang memilih berpoligami jauh lebih bertanggung jawab dan lebih menghargai wanita daripada laki-laki yang meniduri wanita dalam kencan semalam (one night stand) lalu melupakannya.(nrl/umi)


Source : http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/07/time/125552/idnews/717291/idkanal/10

1 comment:

Iim Rohimah said...

sekalipun sukarela, saya tetap tidak sreg dengan fenomena pernikahan yang mana seorang laki-laki berhubungan (hati dan/atau biologis) dengan dua atau lebih wanita. sukarela pun tidak selalau benar2 sukarela, tapi seringkali karena pengaruh ajaran agama, atau ketidakmampuan wanita menempuh hidup sendiri.

coba bayangkan jika di dunia ini laki-laki dan perempuan jumlahnya sama, serta kondisi di mana perempuan sama-sama memiliki keberdayaan baik secara finansial dan mental, masihkan ada kerelaan di poligami? saya kira ada kemungkinan kesukarelaan yang dilihat suami itu adalah hasil dari kondisi ketidakberdayaan.

apakah ini masih disebut kebaikan?